BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1
Double
Transplanting
a.
Komoditi
Secara Umum (Tomat)
Tomat
adalah tumbuhan
dari keluarga Solanaceae,
tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan,
dari Meksiko
sampai Peru.
Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh dengan tinggi sekitar
1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.
Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith dalam bukunya yang berjudul The Tomato
in America, tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan.
Setelah Spanyol
menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni
mereka di Karibia.
Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina,
yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia.
Spanyol
juga membawa tomat ke Eropa.
Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.
Tomat berasal
dari kata dalam bahasa Nahuatl, tomatl. Kata tomat juga berasal
dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate.
Tanaman tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh
Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai gulma. Penyebaran
tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan kotorannya
tersebar kemana-mana. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang
Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda. Dengan
demikian, tanaman tomat sudah tersebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropik
maupun subtropik. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4
bulan.
b.
Sistem/Teknik
Budidaya Tanaman Tomat
Pembibitan
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi
biji/benih tanaman tomat adalah:
1. Pilih
biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat biasanya sulit tumbuh.
2. Pilih
biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama atau
penyakit.
3. Benih atau biji bersih dari kotoran.
4. Pilih benih atau biji yang tidak keriput.
Penyiapan dan Penyemaian Benih
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
dengan cara membeli benih yang telah siap tanam atau dengan membuat benih
sendiri. Apabila pengadaan benih dilakukan dengan membeli hendaknya membeli
pada toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik
dan telah bersertifikat. Benih atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum
disemaikan didesinfektan. Caranya, dengan merendam benih ke dalam larutan
fungisida agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit akan mati. Ada
beberapa cara menyemai pada bedeng persemaian. Cara pertama, yaitu benih tomat
ditaburkan secara merata pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah
tipis-tipis. Bedeng dibuat berbentuk guritan sedalam 1 cm dengan jarak antar
guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan ke dalam guritan secara merata dan tidak
saling menumpuk, kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Cara kedua,
yaitu dengan menanamkan benih pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan jarak
5 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm. Dalam satu lubang tanam, dapat
diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Cara ketiga, yaitu
penyemaian dapat langsung dilakukan pada kantong-kantong polibag yang telah
diisi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.
Setiap kantong polibag diisi satu benih saja dan tanamkan benih dengan kedalaman
sekitar 1 cm. Setelah biji ditanam, media persemaian sebaiknya dibasahi atau
disiram dengan air.
Pemindahan Bibit
Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari
di persemaian. Pada saat dilakukan penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan lagi
terhadap bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar diperoleh tanaman yang
baik pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi dalam menghasilkan
buah. Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya berpenampilan menarik, yaitu
penampakannya segar dan daun-daunnya tidak rusak.
Waktu yang baik untuk menanam bibit tomat di kebun adalah pagi atau
sore hari. Pada saat itu, keadaan cuaca belum panas sehingga mencegah kelayuan
pada tanaman. Ketika memindahkan bibit di kebun, hendaknya memperhatikan
cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak
perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus
memperhitungkan waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat
dipindahkan atau ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai
siap tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan lamanya
pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh karena
itu, agar tepat waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan tanahnya
sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah benih disemaikan.
Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang intensif pada dasarnya melalui 3 tahap,
antara lain:
1. Tahap pertama adalah membalik
agregat tanah sehingga tanah yang berada
pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Tanah diolah atau dibajak dengan kedalaman 25-30
cm. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama
1 minggu agar bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan cukup terkena angin, cahaya matahari,
dan supaya terjadi proses oksidasi (pemasaman)
zat-zat beracun dari dalam tanah seperti asam sulfida yang sangat membahayakan kehidupan tanaman.
2. Tahap kedua adalah tanah
digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis sehingga
diperoleh struktur tanah yang gembur atau remah, sekaligus untuk meratakannya. Selanjutnya, tanah hasil
pengolahan tahap ini dibiarkan
selama 1 minggu.
3. Tahap ketiga, dilakukan
pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang masak
sebanyak 15-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum masak dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman
karena akar tanaman tidak kuat menahan panas. Tanah
yang telah ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan diratakan.
Pembentukan Bedengan (Lahan)
Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat
bedeng-bedeng membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari
dapat merata ke seluruh tanaman. Di samping pembuatan bedeng, juga dibuat
parit-parit atau selokan untuk irigasi. Bedengan dapat dibuat lebar dengan
ukuran sekitar 1-1,2 m, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi
bedeng sekitar 30 cm. Jika penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan,
bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan, ukuran parit
dibuat lebar 20-30 cm dan kedalamannya 30 cm. Dengan demikian, jarak antar
bedeng adalah 20-30 cm. Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat
saluran pembuangan air dengan ukuran lebar 50 cm dan kedalamannya 50 cm.
Teknik Penanaman
Tanaman tomat dapat ditanam dengan dua macam jarak tanam yaitu
dengan sistem dirempel dengan sistem bebas. Sistem dirempel memiliki jarak
tanam yaitu 50x50 cm atau 60x60 cm, bujur sangkar atau segitiga sama sisi. Cara
menanam dengan sistem ini maksudnya yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil
(dipotong) sedini mungkin, sehingga tanaman hanya memiliki satu batang tanpa
cabang. Sedangkan sistem bebas memiliki ukuran jarak tanam yaitu 80x80 cm, 80
x100 cm, atau 100x100 cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur sangkar, persegi
panjang atau segitiga sama sisi. Selain itu, dapat juga dibuat antar barisan
berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60 cm. Cara menanam dengan
sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang tumbuh menjadi cabang-cabang
besar dan dapat berubah.
Cara Penanaman
Penanaman biji atau benih tanaman tomat dapat dilakukan pada saat
datangnya musim kemarau maupun dilakukan pada saat datangnya musim hujan.
Apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, pakailah mulsa (penutup tanah) plastik
hitam perak atau mulsa kertas alumunium. Mulsa tersebut harus sudah dipasang di
bedengan sebelum bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan,
pasanglah terlebih dahulu atap plastik transparan yang tembus cahaya pada
bedengan yang akan ditanami.
Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang
pertumbuhannya tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya
dilakukan seminggu setelah tanam. Namun, jika satu minggu sudah terlihat adanya
tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal, penyulaman
sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam
penyulaman adalah bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan untuk menyulam
diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan
bibit lain yang bukan bibit cadangan. Cara
penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau
pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru ditempat
tanaman terdahulu, dibersihkan dan diberi Furadan sekitar 0,5 gram bila
dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat tanaman
terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.
Penyiangan dan Pembubunan
Gulma atau tanaman penggangu yang tumbuh di areal penanaman tomat
harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang
terlalu banyak akan mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi
kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang
tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma.
Waktu penyiangan dapat dilakukan sekitar 3-4 kali tergantung kondisi kebun. Tujuan
pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan mengurangi
gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga perakaran tanaman
akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat besar. Tanah yang padat
harus segera digemburkan. Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak
terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi
tempat penyakit yang sangat berbahaya.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tata cara pemupukan pada tanaman tomat adalah:
1. Setelah tanaman hidup sekitar 1
minggu setelah ditanam, harus segera diberi
pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl
dengan perbandingan 1:1 untuk
setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling tanaman pada jarak kurang lebih 3 cm dari
batang tanaman tomat kemudian pupuk
ditutup tanah dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh mengenai tanaman karena dapat melukai tanaman.
2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan
KCl sebanyak atau kurang lebih 5 gram.
Pemupukan dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh kurang lebih 5 cm dan dalamnya sekitar 1 cm
kemudian pupuk ditutup tanah dan disiram
dengan air.
3. Bila pada umur 4 minggu tanaman
masih kelihatan belum subur, dapat dipupuk
lagi dengan Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh yaitu
kurang lebih sekitar 7 cm.
Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak,
namun tidak boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal
tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu
menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang
tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman
tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang.
Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen keluar dari dalam tanah
sehingga tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi
proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga dan
menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan
dan perkembangan generatif (pembentukan buah).
Pemanenan
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah
berumur 60-100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat
yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar
antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu
panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena
banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti keadaan iklim setempat
dan tanah. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit
buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yaitu kulit buah berubah dari warna hijau menjadi
kekuning-kekuningan, bagian tepi daun tua telah mengering dan batang tanaman
menguning atau mengering. Waktu pemetikan dilakukan pada pagi, siang atau sore
hari, juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah tomat
yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca yang cerah.
Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan
karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga
mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang
panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga
dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini
dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek.
c. Sistem
Pertanaman Double Transplanting
Double
transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua jenis tanaman
dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain itu, perlu dilakukan metode
persemaian terlebih dahulu untuk menambah persentase tumbuh pada jenis komoditi
yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan
dua jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura (seperti tanaman tomat dan
cabe) pada satu bidang lahan yang sama. Untuk keuntungan double transplanting
sendiri salah satunya adalah untuk menghasilkan produksi dari tanaman yang
lebih besar dibandingkan dengan pola penanaman yang lain. Maka dari itu, double
transplanting sangat sesuai dilakukan pada lahan yang kurang luas, tapi untuk
keinginan produksi dari tanaman yang lebih besar dan meningkat.
1.1.2 Tabulampot
a.
Komoditi Secara Umum (Buah Naga)
Buah naga dalam bahasa Inggris disebut dengan
pitaya, adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus
dan Selenicereus.
Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam,
Filipina,
Indonesia
dan Malaysia.
Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok
selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa
orang Perancis
dari Guyana
ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya
dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara
dua ekor patung
naga berwarna hijau di atas meja altar.
Warna merah buah terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang hijau. Dari
kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam
yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah
naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang
berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga).
Tanaman satu
ini belakangan makin digemari. Konon, buahnya punya khasiat menyembuhkan banyak
penyakit. Selain itu, penampilannya di pot pun tak kalah menawan dibanding
tanaman hias. Penampilannya, jelas memang menarik. Bulat mengerucut dengan
batang segitiga yang tak lazim. Biasanya, segi empat atau malah banyak segi.
Tubuhnya dihiasi duri, meski pendek dan tidak mencolok sama halnya dengan
tanaman kaktus. Bobot tubuhnya lumayan, per buah mencapai setengah kilo,
rasanya manis segar, sedikit asam. Ada pula yang mengaitkannya dengan mitos,
bahwa buah naga mampu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Akhir-akhir
ini, buah naga juga mulai dimanfaatkan sebagai tanaman hias berbuah yang
ditanam di pot. Maklum, di samping relatif baru di Indonesia, yakni sekitar
awal 2000-an, belum banyak orang yang mengusahakannya. Negeri asalnya yaitu di
Meksiko, Amerika Selatan. Tahun 1870, seorang pemburu tanaman dari Perancis
membawanya ke Vietnam. Ternyata, bisa tumbuh baik. Bahkan, orang Vietnam yang
menganut budaya Cina amat tertarik pada buah itu, lalu menamakannya thang loy,
artinya buah naga. Nama itu kemudian menjadi dragon fruit. Mungkin karena
batangnya yang memang menjulur berwarna hijau, mirip tubuh naga. Bicara soal
naga juga tak luput dari budaya Cina. Tak heran saat perayaan Imlek, buah ini
diserbu mereka yang merayakannya. Bahkan, ada yang meletakkannya di antara 2
ekor patung naga hijau di atas meja altar. Mereka beranggapan, buah naga bisa
membawa berkah. Tanaman ini juga disebut night blooming cereus. Ia berbunga
hanya semalam (one night only). Saat panjang sekitar 30 cm, kuncup bunga
biasanya akan membuka. Sekitar pukul 9 malam, mahkota bunga bagian luar yang
berwarna krem tampak mekar. Di tengah malam, mahkota bagian dalam yang putih
dan benangsari kuning akan bermekaran dan memancarkan aroma harum. Bau ini biasanya
mengundang datangnya kelelawar yang ternyata punya tugas menyerbuki bunganya.
Dari bunga lalu jadilah buah yang berbentuk bulat mengerucut, berkulit tebal
2-3 cm dan di permukaan kulit buah terdapat jambul-jambul 1-2 cm.
b. Sistem/Teknik Budidaya Buah
Naga
Pada umumnya,
buah naga dibudidayakan dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan
tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara,
berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40°C. Jika perawatan cukup
baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Kota Malang berada pada
400-700 di atas permukaan laut, sangat cocok untuk budidaya buah naga merah.
Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar matahari yang
cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah. Buah naga dapat berkembang
dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup
rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka
pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu satu tahun, pohon buah naga dapat
mencapai ketinggian sekitar 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah
naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Sementara ini, daerah Mojokerto,
Jember,
Malang,
Pasuruan,
Banyuwangi,
Ponorogo,
dan Batam
merupakan daerah yang telah membudidayakan tanaman ini.
Namun, secara
rinci, langkah-langkah yang detail tentang pembudidayaan buah naga dalam pot
atau tabulampot, antara lain:
1.
Langkah awal adalah membuat bibit yang caranya cukup mudah, setelah sulur/cabang buah naga
dipotong-potong, lalu dikeringkan luka potongan dengan cara diangin-anginkan. Setelah luka bekas potongan mongering,
bibit ditanam pada media tanam atau
bisa menggunakan pot kecil, polibag atau
dalam tanah langsung tanpa wadah. Setelah 1-2 minggu, potongan ditanam akan muncul tunas, dan berarti bibit
siap untuk dipindah ke dalam pot besar.
2. Setelah itu, pot yang akan digunakan diisi tiang
panjatan kemudian diberi media
tanam sampai penuh. Kemudian, bibit yang sudah bertunas tadi ditanam dengan kedalaman 10-15 cm dan menempel pada
tiang panjatan.
3.
Setelah bibit tumbuh mencapai ujung tiang panjatan, maka saatnya memasang penyangga cabang/sulur tanaman
buah naga dengan menggunakan ban
mobil bekas yang dipotong dua bagian kemudian diikat kawat pada ujung tengah tiang panjatan.
4. Proses pembuatan tabulampot telah
selesai, karena tinggal menunggu sulur/cabang
tumbuh lebih banyak dan menunggu musim buah tiba. Selama proses tersebut, tinggal memperhatikan penyiraman
maupun pemberian pupuk untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman buah naga
tersebut.
c. Sistem
Pertanaman Tabulampot
Tabulampot
adalah istilah yang baru sekitar sepuluh tahun terakhir muncul di masyarakat.
Sebenarnya “Tabulampot” merupakan akronim dari tanaman buah
dalam pot. Tanaman buah yang
lazim ditanam dalam pot adalah jeruk (keprok, siam dan manis), mangga,
belimbing, rambutan sampai ke nangka. Mula-mula, tanaman buah ini ditanam dalam
pot dalam rangka pembenihan (penangkaran). Secara tradisional, para penangkar
benih tanaman buah, menyemai biji di lahan sawah, kemudian menyambungnya dengan
mata tempel maupun sambung pucuk.
1.1.3
Vertikultur
a.
Komoditi
Secara Umum
Jenis tanaman yang
dapat ditanam dengan sistem vertikultur sangat banyak, misalnya tanaman sayuran
semusim, seperti sawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan
lain-lainnya, tanaman bunga, seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang
sepatu, dan lain-lain dengan tanaman obat-obatan yang sekulen.
Salah satu komoditi atau tanaman yang ditanam pada sistem
vertikultur adalah tanaman kangkung. Kangkung merupakan tanaman menetap yang
dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman terbentuk bulat panjang
berbuku-buku, banyak mengandung air merambat atau menjalar dan percabangannya
banyak. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya seperti jantung hati, ujung daun meruncing ataupun tumpul, permukaan
daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna
hijau muda. Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga,
berbuah, dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Kangkung bergizi tinggi
dan lengkap dengan kandungan seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat
kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C,
karoten, hentriakontan dan silosterol. Senyawa kimia yang terkandung adalah
saponin, flavonid, dan polifenol.
Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan proses fotosintesa
optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena cadangan makanan di dalam
jaringan lebih banyak akan memungkinkan terbentuknya daun banyak pula. Salah
satu hal yang perlu diperhatikan bahwa unsur mikro diperlukan dalam jumlah yang
sedikit sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, penggunaan pupuk perlu mempertimbangkan
patokan-patokannya sehingga dapat digunakan oleh tanaman secara efisien. Salah
satu sifat umum unsur mikro adalah penyerapannya harus sesuai dengan kebutuhan
dan apabila berlebihan dapat merusak perkembangan tanaman.
Tanaman hias akan tampil indah dan menarik bila tepat meletakkan tanaman
tersebut. Andai tidak tepat mengaturnya, malah terkesan acak-acakan lagipula
tak terawat. Demikian pula dengan tanaman lily paris. Mengingat tanaman ini
punya akar yang menjuntai keluar dan bisa menghasilkan bunga-bunga kecil, maka
tanaman ini sebagai tanaman hias gantung (ditanam dalam pot gantung). Biasanya,
lily paris dalam pot digantung di teras depan, atau tempat-tempat lain yang
sekiranya cocok dengannya. Kini juga telah tersedia pot gantung yang terdiri
dua pot. Pot-pot itu ditanami lily paris, lalu digantungkan. Apalagi jika
akarnya telah menjuntai ke luar ke bawah melebihi potnya, dan tumbuh bunga-bunga
kecil putih, dan menarik. Selain sebagai tanaman hias gantung, lily paris
sering pula dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah (ground cover). Lily
paris ditanam melingkari tanaman pokok tersebut. Misalnya, tanaman pokoknya
adalah palem botol, lalu lily paris tumbuh melingkarinya. Bisa juga mengkombinasikan
varietas lily paris itu sendiri dengan menentukan bagaimana lokasi yang akan
ditanami. Misalnya sengaja dibuat bundar, lalu bagian tengahnya dibuat
"menggunung." Selanjutnya, pada bagian tengah ditanami lily paris varietas
mandaianum, sedangkan tepi-tepinya ditanami varietas variegatum atau vitatum.
b. Sistem Pertanaman Vertikultur
b. Sistem Pertanaman Vertikultur
Bercocok tanam secara
vertikultur sedikit berbeda dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang.
Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga
penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat dan tidak membutuhkan
lahan yang banyak. Sistem vertikultur memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
sistem budidaya biasa. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain kualitas produk
lebih baik dan lebih bersih, kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas
produk terjaga, efisiensi lahan, pupuk, air, benih dan tenaga kerja, menjadi
lahan bisnis, baik langsung ataupun tidak langsung, mempercantik halaman dan
berfungsi sebagai paur-paru kota dan sebagainya. Saat ini, kebutuhan akan lahan
pertanian semakin sempit terutama di kota-kota besar. Sedangkan jumlah penduduk
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membuat kebutuhkan akan pangan
semakin meningkat. Terdorong oleh keadaan yang demikian, maka banyak orang
melakukan budidaya tanaman dengan sistem vertikultur.
Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan
khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus,
misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman
sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan
yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik
dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan lahan
yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman
yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan
kegunaan double transplanting yaitu untuk memperoleh hasil produksi tanaman
yang lebih banyak di bandingkan metode yang lainnya, tentunya hal ini tidak
lepas dari tanaman hortikultura. Seperti yang diketahui bahwa tanaman
hortikultura adalah tanaman yang mencakup sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman
hias dan tanaman herbal yang tentunya di antara tanaman tersebut tentunya
mengandung berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dari suatu
organisme (manusia).
Tujuan dan kegunaan dari tabulampot adalah
untuk memperoleh tanaman buah yang menghasilkan lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman buah yang lainnya tanpa perlakuan sama sekali. Selain itu, buah yang
lebih baik dan terbebas dari hama dan penyakit tentunya akan menghasilkan hasil
produksi yang lebih baik.
Sedangkan tujuan
dan kegunaan vertikultur adalah untuk mengefisienkan waktu dalam masalah
penyiraman karena sifat vertikultur yang menyimpan air dan hara yang tidak
terbuang dalam pipa sehingga tanaman lebih mudah mendapatkan unsur hara dan air
dalam media vertikultur ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Tomat
Menurut
Anonim (2004), tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Lycopersicum esculentum Smith.
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum
esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat
tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter (Anonim, 2010).
2.1.2
Klasifikasi Buah Naga
Buah naga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi
: Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo
: Cactales
Famili
: Cactaceae
Sub family
: Hylocereanea
Genus
: Hylocereus
Species
: - Hylocereus
undatus (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus (daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging merah
super)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning,
tanpa sisik)
Buah naga termasuk kelompok tanaman
kaktus atau family Cactaceae dan sub family Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus
yang terdiri dari dari beberapa species, dan diantaranya adalah buah naga yang
biasa dibudidayakan dan bernilai komersial (Ferger, 1985).
2.1.3 Klasifikasi
Tanaman Kangkung dan Lily Paris
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman kangkung
(Ipomaea reptans Poir) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomaea reptans Poir.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggal dan cabang-cabang akarnya
menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan
melebar mandatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air (Rukmana, 1997).
Sedangkan tanaman lily paris dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Cypera
Famili : Cyperaceae
Genus : Comosom
Tanaman lily paris yang berdaun
ramping ini, dan bewarna kombinasi hijau putih ini banyak dijadikan tanaman pot
dan dimanfaatkan di sudut ruangan. Kebanyakan orang juga meletakkan tanaman ini
pada pot gantung. Tanaman lily paris ini menguranggi radiasi komputer dengan
cara menaruh tanaman lily paris ini di meja kerja karena dapat menyerap gas
beracun (Jacobs, 1999).
2.2 Morfologi Tanaman Secara Umum
2.2.1 Morfologi Tanaman Tomat
Sebagaimana
tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang dengan akar samping
yang menjalar ditanah. Berakar pencar, namun relatif tidak dalam, akar datarnya
halus dan cukup tebal (Rismunandar, 1995).
Batang
tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang
hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya
ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau. Diantara
rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian
buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah
terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan
mempunyai banyak cabang yang menyebar rata (Anonim, 2004).
Daun
mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval,
bergerigi dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya merupakan daun majemuk
ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. daunnya berukuran sekitar 15-30 cm x
10-25 cm. Tangkai daun majemuk mempunyai panjang sekitar 3-6 cm. Umumnya di
antara pasangan daun yang besar terdapat 1-2 daun yang kecil. Daun majemuk
tersusun spiral atau berbentuk spiral mengelilingi batangnya (Anonim, 2004).
Bunga
tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda, membentuk jurai yang terdiri atas
dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri dari 5 hingga 12 bunga. Mahkota
bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang,
berbentuk bola atau jorong melintang (Rismunandar, 1995)
Buah
tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena
mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung
lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri
sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, asam-asam manis. Seiring dengan
proses pematangan, warna buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah
menjadi kuning. Dan ketika buahnya telah matang benar, warnanya menjadi merah.
Ukuran buahnya cukup bervaiasi, dari yang berdiameter 2-15 cm, tergantung dari
varietasnya (Anonim, 2004).
Biji
tomat banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Tomat
dapat tumbuh baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan organik tinggi
dengan pH tanah 5 – 6. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang
banyak mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak
mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang
ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7
(Anonim, 2004).
Tomat
umumnya ditanam di dataran tinggi, beberapa varietas unggul baru dapat ditanam
di dataran rendah. Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan
berakhir. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi
tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih
memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat
tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23
derajat Celcius pada siang hari dan 17 derajat Celcius pada malam hari (Anonim,
2004).
Curah hujan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini
berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah
yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga
dapat menghambat persarian. Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat
mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari
berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A)
yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan
dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya
yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam. Suhu udara rata-rata harian yang
optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 derajat C
dan pada malam hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim
digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin, udara
panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran
fleksibel warna putih (Cahyono, 1998).
Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang
pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi
lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Tetapi, kelembaban
relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman. Tanaman
tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah
lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta
unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu, akar tanaman tomat rentan
terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu air tidak boleh tergenang. Tanah
dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok untuk budidaya tanaman
tomat (Cahyono,
1998).
2.2.2 Morfologi
Buah Naga
Tanaman buah
naga merupakan jenis tanaman memanjat. Di habitat aslinya tanaman ini memanjat
tanaman lainnya untuk menopang dan bersifat epifit masih bisa hidup meskipun
akarnya yang ditanah dicabut karena masih bisa memperoleh makanan dari udara
melalui akar yang tumbuh dibatangnya. Secara morfologis tanaman ini termasuk
tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun (Ferger, 1985).
Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel
pada tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, dibuat tiang penopang untuk
merambatkan batang tanaman buah naga ini. Perakaran buah naga tahan terhadap
kekeringan tetapi tidak tahan dalam genangan air terlalu lama. Meskipun akar
dicabut dari tanah, masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan air dari akar
udara yang tumbuh pada batangnya. Perakaran buah naga bias dikatakan dangkal,
saat menjelang produksi hanya mencapai kedalaman 50-60 cm, mengikuti
perpanjangan batang berwarna coklat yang didalam tanah. Hal inilah yang bias
digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan. Supaya pertumbuhan akar bisa
normal dan baik memerlukan derajat keasaman tanah pada kondisi ideal yaitu pH
7. Apabila pH tanah dibawah 5, pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan
menjadi kerdil. Dalam pembudidayaannya pH tanah harus diketahui sebelum maupun
sesudah tanaman ditanam, karena perakaran merupakan faktor penting untuk menyerap
hara yang ada didalam tanah (Jacobs, 1999).
Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan.
Batang tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk
lender dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Dari batang ini tumbuh cabang
yang bentuk dan warnanya sama dengan batang dan berfungsi sebagai daun untuk
proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan
tanaman. Pada batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan
pendek. Letak duri pada tepi siku-siku batang maupun cabang dan terdiri 4-5 buah
duri disetiap titik tumbuh (Jacobs, 1999).
Bunga buah naga berbentuk corong
memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai mekar di sore hari dan akan
mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar warna mahkota bunga bagian dalam
putih bersih dan didalamnya terdapat benangsari berwarna kuning dan akan
mengeluarkan bau yang harum. Buah berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak
mendekati ujung cabang atau batang. Pada cabang atau batang bisa tumbuh lebih
dari satu dan terkadang berdekatan. Kulit buah tebal sekitar 1-2 cm dan pada
permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai berukuran sekitar 2 cm. Biji
berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis tetapi sangat keras. Biji dapat
digunakan perbanyakan tanaman secara generatif, tetapi cara ini jarang
dilakukan karena memerlukan waktu yang lama sampai waktu berproduksi. Biasanya
biji buah naga digunakan oleh para peneliti untuk memunculkan varietas yang baru.
Setiap buah naga mengandung lebih dari 1.000 biji (Jacobs,
1999).
2.2.3
Morfologi Tanaman Kangkung dan Lily
Paris
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung atau ternaungi, tanaman kangkung
akan tumbuh memanjang dan tinggi tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat
menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila tanaman di tempat yang
tegak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Rukmana,
1997).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) ±2000 m dpl, dan diutamakan di lokasi yang lahannya
terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi (ternaungi),
tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) namun keras-keras (Rukmana,
1997).
Untuk kangkung darat berupa vaeritas sutra sangat baik
dikembangkan. Jenis ini bukan asli Indonesia (non-lokal). Melainkan dari tempat
yang cukup jauh di Pasifik, yakni Kepulauan Hawai. Varietas kangkung darat lain
yang baik ditanam ialah kangkung Bangkok. Kangkung ini memang berasal dari
Thailand. Pertumbuhannya tegak dengan batang lebih putih dari kangkung sutra.
Perbedaan yang jelas dan nyata dengan kangkung sutra adalah dalam kangkung
Bangkok lebih ramping dengan ujung meruncing (Rukmana, 1997).
Kangkung
darat menghandaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan
tidak dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Tanaman kangkung ini tidak menghendaki
tanah tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air
membutuhkan genangan air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhan, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan
kandungan air secara baik (Rukmana, 1997).
Tanaman kangkung tidak terlalu dipengaruhi tingkat kemasaman tanah akantetapi
jika tanah terlalu masam akan perlu pembenahan akar. Tanaman kangkung
membutuhkan tanah dataran bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki
keterangan tinggi dapat mempertahankan kandungan air secara baik. (Rukmana,
1997).
Tanaman lily paris dapat tumbuh baik
jika mendapat sinar matahari secara tidak langsung. Bahkan di tempat yang ternaungi
dan kurang sinar matahari, lily paris masih bisa tumbuh. Ia menyukai tanah yang
basah, tapi lahan tersebut tidak tergenang. Perbanyakan tanaman lily paris
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu memisahkan sebagian rumpun dari induknya atau
memotong "anakan kecil" yang menggantung. Kemudian menanam langsung
di halaman rumah sebagai pelengkap taman atau sengaja menanam dalam media pot. Tanaman yang berdaun ramping dan bewarna kombinasi
hijau putih ini banyak dijadikan tanaman pot di sudut ruangan (Widarto, 1996).
2.3 Double Transplanting pada Tanaman Tomat
Double
transplanting merupakan pola penanaman dengan
memanfaatkan dua janis tanaman dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain
itu, perlu dilakukan metode persemaian terlebih dahulu untuk menambah
persentase tumbuh pada jenis komoditi yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk
menumbuhkan jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada
satu bidang lahan (Cahyono, 1998)
Biji
buah tomat yang banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji
berbulu dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam sistem pertanaman double transplanting. Tomat dapat tumbuh
baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan organik tinggi dengan pH tanah
5 – 6. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak
mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung
humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuk
pertumbuhan tomat adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7 (Hanum, 2008).
2.4 Tabulampot pada Buah Naga
Pada umumnya, buah naga dibudidaya dengan cara stek
atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek),
kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40°
C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan.
Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun,
namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung
pupuk yang bagus, pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu satu tahun, pohon buah
naga mencapai ketinggian 3 meter lebih (Cahyono, 1998).
Tabulampot
atau tanaman buah dalam pot merupakan penanaman tanaman buah yang ditanam dalam pot. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat lahan dan tanaman lebih produktif, misalnya
tabulampot melalui buah naga. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah
agar buah naga menjadi rajin berbuah, antara lain pastikan memilih bibit yang baik untuk
ditanam. Pilihlah ukuran pot yang tepat sebagai tempat media penanaman dan pot
yang dipilih harus benar-benar tepat, ukuran bentuk dan pori/resapan air
haruslah tepat. Selain itu, dilakukan pemilihan media tanam yang tepat. Jangan
menyiram tabulampot hanya di daun, tapi di media tanamnya karena yang
membutuhkan air adalah akar tanaman. Selain penyiraman rutin, tabulampot juga
butuh cahaya matahari. Berilah pupuk secara teratur, berupa pupuk organik campuran pupuk kandang
atau kompos, berikan setahun dua kali, setiap enam bulan. Sedangkan, pupuk anorganik
yaitu NPK, diberikan setiap tiga bulan. Tabulampot dengan wadah drum, beri
pupuk organik sebanyak 5 kg. Sedangkan takaran pupuk anorganik, sekitar 3-5 sendok
makan setiap kali pemberian (Soewito, 1987).
2.5 Vertikultur pada Tanaman Kangkung dan
Lily Paris
Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun
atau dirakit secara horisontal dan vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini
cocok diusahakan pada lahan terbatas atau halaman rumah. Jenis tanaman sebaiknya
tanaman hias atau sayuran, misalnya tanaman kangkung dan lily paris. Beberapa
hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara
lain pot tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu atau paralon,
media tumbuh tanaman dan jenis tanaman yang akan ditanam (Kurniawan, 2009).
Lahan
yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa, namun dengan
memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan
kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang
menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Misalnya
teknik vertikultur pada tanaman kangkung dan lily paris dengan bambu atau pipa
paralon berdiri sebagai wadahnya. Tidak semua jenis tanaman bisa atau cocok
untuk teknik pertanaman vertikultur. Dalam hal ini, pada tanaman kangkung dan
lily paris. Untuk media tanam, maka dapat digunakan campuran tanah, kompos, dan
sekam atau menggunakan bahan dan pola organik dalam bercocok tanam (Kurniawan, 2009).
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanaman
2.6.1 Kelebihan dan Kekurangan Double
Transplanting
Double transplanting
merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua jenis tanaman dalam
pemanfaatan bedengan atau guludan. Pada dasarnya, double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan dua jenis tanaman,
khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada satu bidang lahan yang
sama. Untuk keuntungan double
transplanting sendiri salah satunya adalah untuk menghasilkan produksi dari
tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan pola penanaman yang lain. Maka
dari itu, double transplanting sangat
sesuai dilakukan pada lahan yang kurang luas, tapi untuk keinginan produksi
dari tanaman yang lebih besar dan meningkat. Kekurangan dari double transplanting adalah penggunaan
bahan kimia atau pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama pengganggu
tanaman tidak bisa dikendalikan.
2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Tabulampot
Keuntungan
dari tabulampot antara lain bias dilakukan di lahan yang sempit dan sekaligus
digunakan sebagai tanaman hias di sekitar pekarangan rumah. Penataan letak
tanaman bias diatur, berbeda bila buah ditanam langsung ke tanah dan tidak bias
dipindah-pindah begitu saja. Selain itu, tanaman yang ada di dalam pot bias
menyerap air dan nutrisi pupuk lebih baik karena air dan zat pupuk hanya akan
berada di tanah dalam pot atau tidak menyebar kemana-mana. Kekurangan dari
sistem pertanaman tabulampot adalah intensitas cahaya matahari yang tidak cukup
atau seimbang, artinya terlalu panas atau diletakkan di tempat yang gelap dan
tanpa naungan (tidak mendapatkan sinar matahari).
2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur
Kelebihan
vertikultur adalah dapat
menerapkan sistem ini
pada lahan yang terbatas, dapat menghemat penggunaan pupuk dan air, kualitas produk lebih baik dan lebih bersih, kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produk terjaga berupa efisiensi lahan, pupuk, air, benih dan tenaga kerja, menjadi lahan bisnis, baik langsung
ataupun tidak langsung, mempercantik halaman dan berfungsi sebagai paru-paru kota. Adapun kekurangan dari sistem vertikultur antara lain rawan terhadap serangan jamur atau cendawan, sehingga pemantauan kondisi pertanaman harus sering
dilakukan. Populasi tanaman yang tinggi menyebabkan kelembaban udara tinggi,
sehingga memungkinkan serangan penyakit mudah menyebar. Penyiraman harus
dilakukan secara kontinyu meskipun hujan, terutama bila tanaman ditanam pada
sistem bangunan beratap (Haryanto et al., 1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya
Tanaman Hortikultura, dilaksanakan di Lahan Praktikum Budidaya Pertanian,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Senin,
tepatnya pukul 15.30-17.00 WITA, yang berlangsung selama bulan Oktober –
Desember 2011.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, pada sistem
pertanaman double transplanting adalah cangkul, ember, mistar/meteran, patok, kamera
digital, tali rapia, air, dan benih tomat. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada sistem
pertanaman tabulampot adalah pot atau polibag, tanah subur dan tanaman buah
naga. Sedangkan alat dan bahan pada sistem pertanaman vertikultur antara lain
bangunan vertikultur berupa bambu atau pipa paralon, media tanam, nutrisi dan
bibit tanaman kangkung dan lily paris.
3.3 Pelaksanaan Percobaan
Adapun metode dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk sistem pertanaman double transplanting. Bersihkan lahan yang akan ditempati
untuk membudidayakan tanaman
yaitu seluas 12 m.
Kemudian lahan tersebut dibagi menjadi 6 bagian untuk tiap kelompok dengan
ukuran lahan sekitar 3 m x 2 m. Masing-masing kelompok
membudidayakan satu komoditi. Dimana lahan tersebut dibagi lagi menjadi dua
beberapa
guludan atau bedengan sebagai
tempat penanaman tomat. Melakukan pengamatan setiap minggu, amati tiap perkembangan
yang terjadi yakni
mengukur tinggi dan jumlah daun tanaman.
2. Untuk
sistem pertanaman tabulampot:
a. Pertama-tama, siapkan
alat dengan bahan yang akan digunakan
b. Gunakan polibag dan
isi dengan tanah.
c. Kemudian, siram
media polibag yang telah berisi tanah dengan air agar media tanah tetap lembab.
d. Setelah itu, tanam
bibit buah naga dengan hati-hati.
e. Lakukan penyiraman
tiap harinya dan awasi dari pertumbuhan gulma, dan bila perlu dilakukan
penyiangan.
3. Untuk
sistem pertanaman vertikultur:
a. Siapkan alat dan
bahan terlebih dahulu yang akan digunakan. Manfaatkan pipa paralon dan lubangi
bagian-bagian pipa yang telah ditentukan.
b. Sumbat bagian lubang
bawah dan atas pipa dengan gabus yang telah dibentuk dan sesuai dengan besar
lubang pipa, jika perlu bungkus dengan plastik. Isilah pipa paralon yang telah
dilubangi dengan tanah, kemudian jenuhkan dengan air, agar mudah ditanami
tanaman. Kemudian media ditanami tanaman kangkung dan lily padi. Pemeliharaan
dilakukan dengan penyiraman dan pemupukan untuk hasil yang lebih baik.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pertumbuhan Tanaman
4.1.1 Double Transplanting
Pada pengamatan
yang dilakukan di lapangan atau di lahan pada masa persemaian benih, terjadi
pembusukan akar karena tanaman mengalami genangan karena talang yang digunakan
oleh teman yang mewakili kelompok untuk memindahkan atau mengganti tidak
diperhatikan. Namun, hal tersebut tidak dilakukannya sehingga terjadilah
genangan karena talang tidak memiliki lubang- lubang untuk pengaturan air dan
talang diletakkan di tempat yang terkena hujan langsung dan secara
terus-menerus tanpa adanya cahaya matahari.
4.1.2 Tabulampot
Dari hasil yang diperoleh tentang tabulampot
(tanaman buah dalam pot) pada buah naga, maka dapat sebagai berikut:
1. Pertambahan batang dan munculnya akar-akar
baru pada batang.
2. Pemanjangan pada batang yang tidak seimbang.
3. Beberapa tanaman mengalami kelainan yaitu
warna batang yang hijau pucat dan adanya bercak-bercak kuning pada batang.
4.1.3 Vertikultur
Pada
tanaman kangkung yang ditanam secara vertikultur diperoleh data pengamatan
yaitu terjadi kelainan berupa gejala kekuningan pada beberapa bagian daun pada
hari kedua dan ketiga penanaman. Dan untuk tanaman lily paris juga mengalami
kelayuan. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyiraman dan unsur hara pada
tanah dan pada tanaman.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Double Transplanting
Dalam metode ini
kelompok kami memanfaatkan komoditi tomat yang ternyata jenis tomat yang kami
tanam ternyata bisa tumbuh dan berkembang. Hal ini berpengaruh karena
kesesuaian lahan yang memungkinkan untuk penanaman tomat jenis ini. Selain itu,
kebutuhan hara dalam tanah terpenuhi sehingga jenis tanaman ini mudah untuk tumbuh bahkan berkembang di
lahan bedengan atau guludan. Biji buah tomat yang banyak, berbentuk bulat
pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu dapat diterapkan atau diaplikasikan
dalam sistem pertanaman double transplanting. Hal ini sesuai
dengan pendapat Cahyono (1998) yang menyatakan bahwa double transplanting
merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua janis tanaman dalam
pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain itu, perlu dilakukan metode
persemaian terlebih dahulu untuk menambah persentase tumbuh pada jenis komoditi
yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan jenis
tanaman, khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada satu bidang
lahan.
4.2.2 Tabulampot
Hasil yang didapat dari percobaan
ini dapat disimpulkan bahwa tanaman dengan jenis komoditi buah naga ternyata
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apalagi dengan kondisi yang tinggi curah
hujannya, tentunya akan sesuai dengan sifat buah naga yang cocok untuk daerah
semi kering pada dasarnya. Pertumbuhan tanaman buah dalam pot tentunya lebih
terbatas karena dibatasi oleh media pot yang terbatas pula. Namun, dengan
pemeliharaan yang baik sehingga tanaman dapat menghasilkan buah yang baik dan
berkualitas tinggi, namun jika dibandingkan dengan tanaman dengan penanaman di lahan
dengan melihat siklus pertumbuhannya justru tanaman yang ditanaman pada lahan
lebih baik, karena kebutuhan hara dan air yang tidak terbatas. Namun, jika
berbicara mengenai hasil produksi justru tanaman yang ada dalam pot lebih baik
apalagi didukung dengan pemeliharaan yang baik dari pembudidaya, khususnya pada
sistem tabulampot ini. Tetapi, pertumbuhan
tanaman buah naga pada polibag terlihat jelas terjadi pertambahan batang dan
munculnya akar-akar baru dan munculnya kelainan pada bagian batang, yaitu warna
hijau pucat bahkan adanya bercak-bercak kuning pada beberapa perlakuan.
Beberapa tanaman akan mengalami pertumbuhan batang kecil dan ramping. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewito (1987)
yang menyatakan bahwa tabulampot atau tanaman
buah dalam pot merupakan penanaman tanaman buah yang ditanam
dalam pot dengan maksud untuk lebih menghemat lahan dan tanaman lebih
produktif, misalnya tabulampot melalui buah naga. Selain
itu, pertumbuhan
batang buah naga yang terserang penyakit, lambat dan kerdil menyebabkan batang
tidak seimbang dengan ukuran diameternya.
4.2.3 Vertikultur
Jenis tanaman yang
digunakan diantaranya adalah termasuk golongan C3 atau membutuhkan
naungan/perlindungan, diantaranya tanaman sayuran (tomat, kangkung) dengan
tanaman hias (lily paris). Alasan digunakan bibit tanaman tersebut dikarenakan
tanaman jenis ini sangat mudah dibiakkan apalagi dalam media vertikultur yang
dimana untuk sifat vertikultur yang mudah menyimpan air pada medianya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa ketersediaan
unsur hara yang cukup memungkinkan pada proses fotosintesis optimum dan
asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Vertikultur
adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara horisontal
dan vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini cocok diusahakan pada lahan
terbatas atau halaman pekarangan rumah. Jenis tanaman sebaiknya tanaman hias
atau sayuran, misalnya tanaman kangkung dan lily paris. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain pot tempat
tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu atau pipa paralon, media tumbuh
tanaman dan jenis tanaman yang akan ditanam. Pada musim hujan,
tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di
sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar atau gulma. Dengan demikian, kangkung
pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di
padang rumput, kebun dan ladang yang agak rimbun.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil dan pembahasan tentang laporan Budidaya Tanaman Hortikultura, maka dapat
disimpulkan bahwa diantara ketiga teknik atau sistem budidaya yaitu double transplanting, tabulampot dan
vertikultur kesemuanya dapat dilakukan di lahan yang sama namun kembali lagi
pada tanaman yang ditanami pada teknik budidaya ini, bahwa kesesuaian lahan
pada masing-masing komoditi yang dimanfaatkan apakah sesuai atau tidaknya.
5.2
Saran
Saran
saya selama mengikuti praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, maka yang bisa
saya sampaikan bahwa sebaiknya, komoditi pada double transplanting sebaiknya pada lahan yang ditanami sangat cocok
untuk tanaman tomat. Pada teknik budidaya tabulampot sebaiknya tanaman buah naga
nantinya dipindahkan ke dalam pot asli tidak hanya berada dalam polibag saja.
Sedangkan untuk sistem pertanaman vertikultur, seharusnya dibuat dalam bentuk
yang berbeda dari yang biasanya agar terlihat lebih estetika dan bentuknya
memiliki kreativitas dari praktikan nantinya. Sedangkan saran saya kepada
asisten pembimbing maupun koordinator asisten bahwa selama praktikum
berlangsung, asisten sudah sangat detail dalam membimbing praktikannya dan
kedepannya bisa diterapkan dan diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2009, http://www.wiki/wikipedia,sistem
budidaya tabulampot.co.id, diakses
pada tanggal 21 Desember 2011, pukul 12.30 WITA
Anonim, 2011, http://www.budidaya
tanaman dengan sisitem vertikultur.com.org, diakses
pada tanggal 21 Desember, 2011, pukul 12.30 WITA.
Ferger, Richard & Moser, Mary B.,
1985: People of
the desert and sea: ethnobotany of
the Seri Indians.
University of Arizona Press, Tucson.
Goldsworthy, P. R. Dan N. M. Fisher.
1984. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Jacobs,
Dimitri, 1999: Pitaya (Hylocereus undatus), a Potential New Crop for Australia. Australian New Crops
Newsletter 11: 16.3.
Kalshoven,
L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Marsono. 2004. Tabulampot Solusi
Berkebun di Lahan Sempit. Republika edisi Rabu 06 Oktober, Jakarta.
Mulyanto, B., Eka L., Dyah T. 1997.
Perbandingan efisiensi pemupukan sawah baru
dan lama di kecamatan Cugening,
Cianjur. Agrista. 2: 162-168.
Rosmarkam. 2009. Tabulampot Solusi
di Lahan Terbatas. Diakses 25 April 2011.
Smith,
A. F. (1994). The Tomato in America. University of Illinois Press.
LAMPIRAN DOKUMENTASI PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
1. 

Lahan
Double Transplanting



2. 

Lahan
Vertikultur



3. Lahan Tabulampot
![]() |
|||
![]() |
LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPORAN PERJALANAN PRAKTEK LAPANG
BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA DI MALINO






LAPORAN
PERJALANAN PRAKTEK LAPANG BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
Hortikultura
merupakan cabang dari agronomi.
Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultura), tanaman bunga (florikultura),
tanaman sayuran (olerikultura),
tanaman obat-obatan
(biofarmaka) dan taman (lanskap). Salah satu ciri khas produk hortikultura
adalah perisabel atau mudah rusak karena segar.
Kecamatan
Tinggi Moncong yang merupakan salah satu kecamatan yang tergabung dalam wilayah
administrasi kabupaten Gowa, yang merupakan penyangga utama kota Makassar
adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lainnya.
Industri hortikultura, industri perkebunan dan industri agrowisata sudah
merambah ke daerah ini. Khusus di daerah Malino, ibu kota Kecamatan Tinggi Moncong
adalah primadona perpariwisataan di Sulawesi Selatan. Daerah yang berada diatas
ketinggian 1.500 di atas permukaan laut ini juga pemasok utama tanaman
holtikultura ke kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini
sebagian sudah di ekspor ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan
geografis di Kecamatan Tinggi Moncong memang indah dan khas.
Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah
pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera. Di samping itu,
perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ke tahun, tapi dibalik
itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai
efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Waktu pelaksanaan
praktek lapang di daerah Malino dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30
Oktober 2011, dengan perjalanan di mulai pada pukul 08.30 WITA dan sampai pada
pukul 11.30 WITA, dilanjutkan dengan
kunjungan pada areal pertanaman kentang, kemudian areal pertanaman tomat, dan
wortel. Praktek lapang terpadu ini dilaksanakan di Malino, tepatnya di Desa
Bulu Ballea, karena tempat ini merupakan salah satu pusat tanaman hortikultura
yang ada di Kabupaten Malino.
Dari
hasil praktek lapang mata kuliah budidaya sekaligus praktikum budidaya tanaman
hortikultura yang telah dilaksanakan di Malino, maka dapat disimpulkan bahwa teknik budidaya tanaman yang dilakukan
para petani di Malino sesuai dengan prosedur budidaya yang telah ditentukan.
Tetapi, kendala yang dihadapi
oleh masyarakat petani di Malino pada umumnya adalah cuaca yang tidak menentu. Beberapa tanaman utama yang ada di
lahan pertanian di Malino adalah kentang, tomat dan wortel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar