Selasa, 31 Januari 2012

LAPORAN BTH (BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA) DOUBLE TRANSPLANTING, TABULAMPOT & VERTIKULTUR


BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
1.1.1        Double Transplanting
a.      Komoditi Secara Umum (Tomat)
Tomat adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh dengan tinggi sekitar 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith dalam bukunya yang berjudul The Tomato in America, tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.     
Tomat berasal dari kata dalam bahasa Nahuatl, tomatl. Kata tomat juga berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman tomat berasal dari negara Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai gulma. Penyebaran tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan kotorannya tersebar kemana-mana. Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda. Dengan demikian, tanaman tomat sudah tersebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan.  
b.      Sistem/Teknik Budidaya Tanaman Tomat
Pembibitan
Kriteria-kriteria teknis untuk seleksi biji/benih tanaman tomat adalah:  
1. Pilih biji yang utuh, tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat     biasanya sulit tumbuh.
  2. Pilih biji yang sehat, artinya biji tidak menunjukkan adanya serangan hama atau penyakit.
3. Benih atau biji bersih dari kotoran.
4. Pilih benih atau biji yang tidak keriput.
Penyiapan dan Penyemaian Benih
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan cara membeli benih yang telah siap tanam atau dengan membuat benih sendiri. Apabila pengadaan benih dilakukan dengan membeli hendaknya membeli pada toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih-benih yang bermutu baik dan telah bersertifikat. Benih atau biji-biji tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan didesinfektan. Caranya, dengan merendam benih ke dalam larutan fungisida agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit akan mati. Ada beberapa cara menyemai pada bedeng persemaian. Cara pertama, yaitu benih tomat ditaburkan secara merata pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Bedeng dibuat berbentuk guritan sedalam 1 cm dengan jarak antar guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan ke dalam guritan secara merata dan tidak saling menumpuk, kemudian ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Cara kedua, yaitu dengan menanamkan benih pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan jarak 5 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm. Dalam satu lubang tanam, dapat diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Cara ketiga, yaitu penyemaian dapat langsung dilakukan pada kantong-kantong polibag yang telah diisi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap kantong polibag diisi satu benih saja dan tanamkan benih dengan kedalaman sekitar 1 cm. Setelah biji ditanam, media persemaian sebaiknya dibasahi atau disiram dengan air.
Pemindahan Bibit
Bibit tomat dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 30-45 hari di persemaian. Pada saat dilakukan penanaman ke kebun, sebaiknya dilakukan lagi terhadap bibit-bibit yang telah berumur 30-45 hari agar diperoleh tanaman yang baik pertumbuhannya dan memiliki daya produktivitas tinggi dalam menghasilkan buah. Untuk itu, bibit yang dipilih sebaiknya berpenampilan menarik, yaitu penampakannya segar dan daun-daunnya tidak rusak.
Waktu yang baik untuk menanam bibit tomat di kebun adalah pagi atau sore hari. Pada saat itu, keadaan cuaca belum panas sehingga mencegah kelayuan pada tanaman. Ketika memindahkan bibit di kebun, hendaknya memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat dipindahkan atau ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai siap tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan lamanya pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh karena itu, agar tepat waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan tanahnya sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah benih disemaikan.
Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah yang intensif pada dasarnya melalui 3 tahap, antara lain:
            1. Tahap pertama adalah membalik agregat tanah sehingga tanah yang         berada pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Tanah diolah           atau dibajak dengan kedalaman 25-30 cm. Setelah dibajak, tanah dibiarkan         selama 1 minggu agar bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan          cukup terkena angin, cahaya matahari, dan supaya terjadi proses oksidasi (pemasaman) zat-zat beracun dari dalam tanah seperti asam sulfida yang    sangat membahayakan kehidupan tanaman.
           2. Tahap kedua adalah tanah digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis             sehingga diperoleh struktur tanah yang gembur atau remah, sekaligus     untuk meratakannya. Selanjutnya, tanah hasil pengolahan tahap ini        dibiarkan selama 1 minggu.
            3. Tahap ketiga, dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang             masak sebanyak 15-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum          masak dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, bahkan dapat   mematikan tanaman karena akar tanaman tidak kuat menahan panas.           Tanah yang telah ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan     diratakan.
Pembentukan Bedengan (Lahan)
Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng-bedeng membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke seluruh tanaman. Di samping pembuatan bedeng, juga dibuat parit-parit atau selokan untuk irigasi. Bedengan dapat dibuat lebar dengan ukuran sekitar 1-1,2 m, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng sekitar 30 cm. Jika penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan, ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan kedalamannya 30 cm. Dengan demikian, jarak antar bedeng adalah 20-30 cm. Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air dengan ukuran lebar 50 cm dan kedalamannya 50 cm.
Teknik Penanaman
Tanaman tomat dapat ditanam dengan dua macam jarak tanam yaitu dengan sistem dirempel dengan sistem bebas. Sistem dirempel memiliki jarak tanam yaitu 50x50 cm atau 60x60 cm, bujur sangkar atau segitiga sama sisi. Cara menanam dengan sistem ini maksudnya yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil (dipotong) sedini mungkin, sehingga tanaman hanya memiliki satu batang tanpa cabang. Sedangkan sistem bebas memiliki ukuran jarak tanam yaitu 80x80 cm, 80 x100 cm, atau 100x100 cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur sangkar, persegi panjang atau segitiga sama sisi. Selain itu, dapat juga dibuat antar barisan berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60 cm. Cara menanam dengan sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang tumbuh menjadi cabang-cabang besar dan dapat berubah.
Cara Penanaman
Penanaman biji atau benih tanaman tomat dapat dilakukan pada saat datangnya musim kemarau maupun dilakukan pada saat datangnya musim hujan. Apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, pakailah mulsa (penutup tanah) plastik hitam perak atau mulsa kertas alumunium. Mulsa tersebut harus sudah dipasang di bedengan sebelum bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan, pasanglah terlebih dahulu atap plastik transparan yang tembus cahaya pada bedengan yang akan ditanami.

Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya dilakukan seminggu setelah tanam. Namun, jika satu minggu sudah terlihat adanya tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal, penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam penyulaman adalah bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan untuk menyulam diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan bibit lain yang bukan bibit cadangan. Cara penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan diberi Furadan sekitar 0,5 gram bila dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat tanaman terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.
Penyiangan dan Pembubunan
Gulma atau tanaman penggangu yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan dapat dilakukan sekitar 3-4 kali tergantung kondisi kebun. Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang sangat berbahaya.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tata cara pemupukan pada tanaman tomat adalah:
            1. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera     diberi  pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1        untuk setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling         tanaman pada jarak kurang lebih 3 cm dari batang tanaman tomat    kemudian pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan        KCl tidak boleh mengenai tanaman karena dapat melukai tanaman.
             2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu          sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl sebanyak atau kurang lebih     5 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh kurang             lebih 5 cm dan dalamnya sekitar 1 cm kemudian pupuk ditutup tanah dan   disiram dengan air.
            3. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur, dapat    dipupuk lagi dengan Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan        dari batang dibuat makin jauh yaitu kurang lebih sekitar 7 cm.
Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang. Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan dan perkembangan generatif (pembentukan buah).
Pemanenan
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yaitu  kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan, bagian tepi daun tua telah mengering dan batang tanaman menguning atau mengering. Waktu pemetikan dilakukan pada pagi, siang atau sore hari, juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca yang cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek.
c.       Sistem Pertanaman Double Transplanting
Double transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua jenis tanaman dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain itu, perlu dilakukan metode persemaian terlebih dahulu untuk menambah persentase tumbuh pada jenis komoditi yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan dua jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura (seperti tanaman tomat dan cabe) pada satu bidang lahan yang sama. Untuk keuntungan double transplanting sendiri salah satunya adalah untuk menghasilkan produksi dari tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan pola penanaman yang lain. Maka dari itu, double transplanting sangat sesuai dilakukan pada lahan yang kurang luas, tapi untuk keinginan produksi dari tanaman yang lebih besar dan meningkat.
1.1.2  Tabulampot
 a.  Komoditi Secara Umum (Buah Naga)
Buah naga dalam bahasa Inggris disebut dengan pitaya, adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga).
Tanaman satu ini belakangan makin digemari. Konon, buahnya punya khasiat menyembuhkan banyak penyakit. Selain itu, penampilannya di pot pun tak kalah menawan dibanding tanaman hias. Penampilannya, jelas memang menarik. Bulat mengerucut dengan batang segitiga yang tak lazim. Biasanya, segi empat atau malah banyak segi. Tubuhnya dihiasi duri, meski pendek dan tidak mencolok sama halnya dengan tanaman kaktus. Bobot tubuhnya lumayan, per buah mencapai setengah kilo, rasanya manis segar, sedikit asam. Ada pula yang mengaitkannya dengan mitos, bahwa buah naga mampu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Akhir-akhir ini, buah naga juga mulai dimanfaatkan sebagai tanaman hias berbuah yang ditanam di pot. Maklum, di samping relatif baru di Indonesia, yakni sekitar awal 2000-an, belum banyak orang yang mengusahakannya. Negeri asalnya yaitu di Meksiko, Amerika Selatan. Tahun 1870, seorang pemburu tanaman dari Perancis membawanya ke Vietnam. Ternyata, bisa tumbuh baik. Bahkan, orang Vietnam yang menganut budaya Cina amat tertarik pada buah itu, lalu menamakannya thang loy, artinya buah naga. Nama itu kemudian menjadi dragon fruit. Mungkin karena batangnya yang memang menjulur berwarna hijau, mirip tubuh naga. Bicara soal naga juga tak luput dari budaya Cina. Tak heran saat perayaan Imlek, buah ini diserbu mereka yang merayakannya. Bahkan, ada yang meletakkannya di antara 2 ekor patung naga hijau di atas meja altar. Mereka beranggapan, buah naga bisa membawa berkah. Tanaman ini juga disebut night blooming cereus. Ia berbunga hanya semalam (one night only). Saat panjang sekitar 30 cm, kuncup bunga biasanya akan membuka. Sekitar pukul 9 malam, mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem tampak mekar. Di tengah malam, mahkota bagian dalam yang putih dan benangsari kuning akan bermekaran dan memancarkan aroma harum. Bau ini biasanya mengundang datangnya kelelawar yang ternyata punya tugas menyerbuki bunganya. Dari bunga lalu jadilah buah yang berbentuk bulat mengerucut, berkulit tebal 2-3 cm dan di permukaan kulit buah terdapat jambul-jambul 1-2 cm.  
b.   Sistem/Teknik Budidaya Buah Naga
Pada umumnya, buah naga dibudidayakan dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40°C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Kota Malang berada pada 400-700 di atas permukaan laut, sangat cocok untuk budidaya buah naga merah. Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar matahari yang cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah. Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu satu tahun, pohon buah naga dapat mencapai ketinggian sekitar 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Sementara ini, daerah Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Ponorogo, dan Batam merupakan daerah yang telah membudidayakan tanaman ini.  
Namun, secara rinci, langkah-langkah yang detail tentang pembudidayaan buah naga dalam pot atau tabulampot, antara lain:
            1. Langkah awal adalah membuat bibit yang caranya cukup mudah, setelah            sulur/cabang buah naga dipotong-potong, lalu dikeringkan luka potongan      dengan cara diangin-anginkan. Setelah luka bekas potongan mongering,      bibit ditanam pada media tanam atau bisa menggunakan pot kecil, polibag atau dalam tanah langsung tanpa wadah. Setelah 1-2 minggu, potongan ditanam akan muncul tunas, dan berarti bibit siap untuk dipindah ke dalam pot besar.
            2. Setelah itu, pot yang akan digunakan diisi tiang panjatan kemudian         diberi media tanam sampai penuh. Kemudian, bibit yang sudah bertunas            tadi ditanam dengan kedalaman 10-15 cm dan menempel pada tiang             panjatan.
            3. Setelah bibit tumbuh mencapai ujung tiang panjatan, maka saatnya          memasang penyangga cabang/sulur tanaman buah naga dengan        menggunakan ban mobil bekas yang dipotong dua bagian kemudian diikat   kawat pada ujung tengah tiang panjatan.
            4. Proses pembuatan tabulampot telah selesai, karena tinggal menunggu      sulur/cabang tumbuh lebih banyak dan menunggu musim buah tiba.        Selama proses tersebut, tinggal memperhatikan penyiraman maupun             pemberian pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman buah      naga tersebut.
       c.   Sistem Pertanaman Tabulampot
Tabulampot adalah istilah yang baru sekitar sepuluh tahun terakhir muncul di masyarakat. Sebenarnya “Tabulampot” merupakan akronim dari tanaman buah dalam pot. Tanaman buah yang lazim ditanam dalam pot adalah jeruk (keprok, siam dan manis), mangga, belimbing, rambutan sampai ke nangka. Mula-mula, tanaman buah ini ditanam dalam pot dalam rangka pembenihan (penangkaran). Secara tradisional, para penangkar benih tanaman buah, menyemai biji di lahan sawah, kemudian menyambungnya dengan mata tempel maupun sambung pucuk.  
1.1.3        Vertikultur
a.      Komoditi Secara Umum
Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem vertikultur sangat banyak, misalnya tanaman sayuran semusim, seperti sawi, selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya, tanaman bunga, seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dan lain-lain dengan tanaman obat-obatan yang sekulen.
Salah satu komoditi atau tanaman yang ditanam pada sistem vertikultur adalah tanaman kangkung. Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman terbentuk bulat panjang berbuku-buku, banyak mengandung air merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daun meruncing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan dan silosterol. Senyawa kimia yang terkandung adalah saponin, flavonid, dan polifenol.
Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan proses fotosintesa optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena cadangan makanan di dalam jaringan lebih banyak akan memungkinkan terbentuknya daun banyak pula. Salah satu hal yang perlu diperhatikan bahwa unsur mikro diperlukan dalam jumlah yang sedikit sesuai kebutuhannya. Oleh karena itu, penggunaan pupuk perlu mempertimbangkan patokan-patokannya sehingga dapat digunakan oleh tanaman secara efisien. Salah satu sifat umum unsur mikro adalah penyerapannya harus sesuai dengan kebutuhan dan apabila berlebihan dapat merusak perkembangan tanaman.
Tanaman hias akan tampil indah dan menarik bila tepat meletakkan tanaman tersebut. Andai tidak tepat mengaturnya, malah terkesan acak-acakan lagipula tak terawat. Demikian pula dengan tanaman lily paris. Mengingat tanaman ini punya akar yang menjuntai keluar dan bisa menghasilkan bunga-bunga kecil, maka tanaman ini sebagai tanaman hias gantung (ditanam dalam pot gantung). Biasanya, lily paris dalam pot digantung di teras depan, atau tempat-tempat lain yang sekiranya cocok dengannya. Kini juga telah tersedia pot gantung yang terdiri dua pot. Pot-pot itu ditanami lily paris, lalu digantungkan. Apalagi jika akarnya telah menjuntai ke luar ke bawah melebihi potnya, dan tumbuh bunga-bunga kecil putih, dan menarik. Selain sebagai tanaman hias gantung, lily paris sering pula dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah (ground cover). Lily paris ditanam melingkari tanaman pokok tersebut. Misalnya, tanaman pokoknya adalah palem botol, lalu lily paris tumbuh melingkarinya. Bisa juga mengkombinasikan varietas lily paris itu sendiri dengan menentukan bagaimana lokasi yang akan ditanami. Misalnya sengaja dibuat bundar, lalu bagian tengahnya dibuat "menggunung." Selanjutnya, pada bagian tengah ditanami lily paris varietas mandaianum, sedangkan tepi-tepinya ditanami varietas variegatum atau vitatum.
 b.  Sistem Pertanaman Vertikultur
Bercocok tanam secara vertikultur sedikit berbeda dengan bercocok tanam di kebun atau di ladang. Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem bertingkat dan tidak membutuhkan lahan yang banyak. Sistem vertikultur memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem budidaya biasa. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain kualitas produk lebih baik dan lebih bersih, kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produk terjaga, efisiensi lahan, pupuk, air, benih dan tenaga kerja, menjadi lahan bisnis, baik langsung ataupun tidak langsung, mempercantik halaman dan berfungsi sebagai paur-paru kota dan sebagainya. Saat ini, kebutuhan akan lahan pertanian semakin sempit terutama di kota-kota besar. Sedangkan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membuat kebutuhkan akan pangan semakin meningkat. Terdorong oleh keadaan yang demikian, maka banyak orang melakukan budidaya tanaman dengan sistem vertikultur.
Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.  
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan kegunaan double transplanting yaitu untuk memperoleh hasil produksi tanaman yang lebih banyak di bandingkan metode yang lainnya, tentunya hal ini tidak lepas dari tanaman hortikultura. Seperti yang diketahui bahwa tanaman hortikultura adalah tanaman yang mencakup sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman herbal yang tentunya di antara tanaman tersebut tentunya mengandung berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dari suatu organisme (manusia).
 Tujuan dan kegunaan dari tabulampot adalah untuk memperoleh tanaman buah yang menghasilkan lebih cepat dibandingkan dengan tanaman buah yang lainnya tanpa perlakuan sama sekali. Selain itu, buah yang lebih baik dan terbebas dari hama dan penyakit tentunya akan menghasilkan hasil produksi yang lebih baik.
Sedangkan tujuan dan kegunaan vertikultur adalah untuk mengefisienkan waktu dalam masalah penyiraman karena sifat vertikultur yang menyimpan air dan hara yang tidak terbuang dalam pipa sehingga tanaman lebih mudah mendapatkan unsur hara dan air dalam media vertikultur ini.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1      Klasifikasi Tanaman
2.1.1    Klasifikasi Tanaman Tomat
Menurut Anonim (2004), tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan       : Plantae
Kelas             : Dicotyledoneae
Ordo              : Solanales
Famili            : Solanaceae
Genus            : Lycopersicum
Spesies           : Lycopersicum esculentum Smith.
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter (Anonim, 2010).

2.1.2    Klasifikasi Buah Naga
Buah naga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub divisi        :  Agiospermae (berbiji tertutup)
Kelas                : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo                 : Cactales
Famili               : Cactaceae
Sub family        : Hylocereanea
Genus               : Hylocereus
Species             : - Hylocereus undatus (daging putih)
   - Hylocereus polyrhizus (daging merah)
   - Hylocereus costaricensis (daging merah super)
   - Selenicereus megalanthus (kulit kuning, tanpa sisik)
Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan sub family Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari dari beberapa species, dan diantaranya adalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan bernilai komersial (Ferger, 1985).
2.1.3    Klasifikasi Tanaman Kangkung dan Lily Paris
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman kangkung (Ipomaea reptans Poir) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio       : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledonae
Ordo                 : Convolvulaceae
Genus               : Ipomoea
Spesies             : Ipomaea reptans Poir.
            Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggal dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar mandatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Rukmana, 1997).
            Sedangkan tanaman lily paris dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom          : Plantae
Divisi                : Magnoliophyta
Kelas                 : Liliopsida
Ordo                  : Cypera
Famili                : Cyperaceae
Genus                 : Comosom
Tanaman lily paris yang berdaun ramping ini, dan bewarna kombinasi hijau putih ini banyak dijadikan tanaman pot dan dimanfaatkan di sudut ruangan. Kebanyakan orang juga meletakkan tanaman ini pada pot gantung. Tanaman lily paris ini menguranggi radiasi komputer dengan cara menaruh tanaman lily paris ini di meja kerja karena dapat menyerap gas beracun (Jacobs, 1999).
2.2     Morfologi Tanaman Secara Umum
2.2.1   Morfologi Tanaman Tomat
Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ditanah. Berakar pencar, namun relatif tidak dalam, akar datarnya halus dan cukup tebal (Rismunandar, 1995).
Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata (Anonim, 2004).
Daun mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. daunnya berukuran sekitar 15-30 cm x 10-25 cm. Tangkai daun majemuk mempunyai panjang sekitar 3-6 cm. Umumnya di antara pasangan daun yang besar terdapat 1-2 daun yang kecil. Daun majemuk tersusun spiral atau berbentuk spiral mengelilingi batangnya (Anonim, 2004).
Bunga tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda, membentuk jurai yang terdiri atas dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri dari 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang, berbentuk bola atau jorong melintang (Rismunandar, 1995)
Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, asam-asam manis. Seiring dengan proses pematangan, warna buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Dan ketika buahnya telah matang benar, warnanya menjadi merah. Ukuran buahnya cukup bervaiasi, dari yang berdiameter 2-15 cm, tergantung dari varietasnya (Anonim, 2004).
Biji tomat banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu. Tomat dapat tumbuh baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan organik tinggi dengan pH tanah 5 – 6. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7 (Anonim, 2004).
Tomat umumnya ditanam di dataran tinggi, beberapa varietas unggul baru dapat ditanam di dataran rendah. Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan berakhir. Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23 derajat Celcius pada siang hari dan 17 derajat Celcius pada malam hari (Anonim, 2004).
 Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian. Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin, udara panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih (Cahyono, 1998).
Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu, akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu air tidak boleh tergenang. Tanah dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok untuk budidaya tanaman tomat (Cahyono, 1998).
2.2.2    Morfologi Buah Naga
Tanaman buah naga merupakan jenis tanaman memanjat. Di habitat aslinya tanaman ini memanjat tanaman lainnya untuk menopang dan bersifat epifit masih bisa hidup meskipun akarnya yang ditanah dicabut karena masih bisa memperoleh makanan dari udara melalui akar yang tumbuh dibatangnya. Secara morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun (Ferger, 1985).
Perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman lain. Dalam pembudidayaannya, dibuat tiang penopang untuk merambatkan batang tanaman buah naga ini. Perakaran buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam genangan air terlalu lama. Meskipun akar dicabut dari tanah, masih bisa hidup dengan menyerap makanan dan air dari akar udara yang tumbuh pada batangnya. Perakaran buah naga bias dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai kedalaman 50-60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang didalam tanah. Hal inilah yang bias digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan. Supaya pertumbuhan akar bisa normal dan baik memerlukan derajat keasaman tanah pada kondisi ideal yaitu pH 7. Apabila pH tanah dibawah 5, pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat dan menjadi kerdil. Dalam pembudidayaannya pH tanah harus diketahui sebelum maupun sesudah tanaman ditanam, karena perakaran merupakan faktor penting untuk menyerap hara yang ada didalam tanah (Jacobs, 1999).  
Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau keunguan. Batang tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lender dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Dari batang ini tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang dan berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Letak duri pada tepi siku-siku batang maupun cabang dan terdiri 4-5 buah duri disetiap titik tumbuh (Jacobs, 1999).   
            Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai mekar di sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar warna mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan didalamnya terdapat benangsari berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau yang harum. Buah berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak mendekati ujung cabang atau batang. Pada cabang atau batang bisa tumbuh lebih dari satu dan terkadang berdekatan. Kulit buah tebal sekitar 1-2 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai berukuran sekitar 2 cm. Biji berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis tetapi sangat keras. Biji dapat digunakan perbanyakan tanaman secara generatif, tetapi cara ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang lama sampai waktu berproduksi. Biasanya biji buah naga digunakan oleh para peneliti untuk memunculkan varietas yang baru. Setiap buah naga mengandung lebih dari 1.000 biji (Jacobs, 1999).  
2.2.3    Morfologi Tanaman Kangkung dan Lily Paris
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung atau ternaungi, tanaman kangkung akan tumbuh memanjang dan tinggi tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila tanaman di tempat yang tegak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Rukmana, 1997).
            Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ±2000 m dpl, dan diutamakan di lokasi yang lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi (ternaungi), tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) namun keras-keras (Rukmana, 1997).
Untuk kangkung darat berupa vaeritas sutra sangat baik dikembangkan. Jenis ini bukan asli Indonesia (non-lokal). Melainkan dari tempat yang cukup jauh di Pasifik, yakni Kepulauan Hawai. Varietas kangkung darat lain yang baik ditanam ialah kangkung Bangkok. Kangkung ini memang berasal dari Thailand. Pertumbuhannya tegak dengan batang lebih putih dari kangkung sutra. Perbedaan yang jelas dan nyata dengan kangkung sutra adalah dalam kangkung Bangkok lebih ramping dengan ujung meruncing (Rukmana, 1997).
            Kangkung darat menghandaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Tanaman kangkung ini tidak menghendaki tanah tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan genangan air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhan, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Rukmana, 1997).
            Tanaman kangkung tidak terlalu dipengaruhi tingkat kemasaman tanah akantetapi jika tanah terlalu masam akan perlu pembenahan akar. Tanaman kangkung membutuhkan tanah dataran bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki keterangan tinggi dapat mempertahankan kandungan air secara baik. (Rukmana, 1997).
Tanaman lily paris dapat tumbuh baik jika mendapat sinar matahari secara tidak langsung. Bahkan di tempat yang ternaungi dan kurang sinar matahari, lily paris masih bisa tumbuh. Ia menyukai tanah yang basah, tapi lahan tersebut tidak tergenang. Perbanyakan tanaman lily paris dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu memisahkan sebagian rumpun dari induknya atau memotong "anakan kecil" yang menggantung. Kemudian menanam langsung di halaman rumah sebagai pelengkap taman atau sengaja menanam dalam media pot. Tanaman yang berdaun ramping dan bewarna kombinasi hijau putih ini banyak dijadikan tanaman pot di sudut ruangan (Widarto, 1996).

2.3       Double Transplanting pada Tanaman Tomat
Double transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua janis tanaman dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain itu, perlu dilakukan metode persemaian terlebih dahulu untuk menambah persentase tumbuh pada jenis komoditi yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada satu bidang lahan (Cahyono, 1998)
Biji buah tomat yang banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam sistem pertanaman double transplanting. Tomat dapat tumbuh baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan organik tinggi dengan pH tanah 5 – 6. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7 (Hanum, 2008).

2.4      Tabulampot pada Buah Naga
Pada umumnya, buah naga dibudidaya dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40° C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu satu tahun, pohon buah naga mencapai ketinggian 3 meter lebih (Cahyono, 1998).
Tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan penanaman tanaman buah yang ditanam dalam pot. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menghemat lahan dan tanaman lebih produktif, misalnya tabulampot melalui buah naga. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah agar buah naga menjadi rajin berbuah, antara lain  pastikan memilih bibit yang baik untuk ditanam. Pilihlah ukuran pot yang tepat sebagai tempat media penanaman dan pot yang dipilih harus benar-benar tepat, ukuran bentuk dan pori/resapan air haruslah tepat. Selain itu, dilakukan pemilihan media tanam yang tepat. Jangan menyiram tabulampot hanya di daun, tapi di media tanamnya karena yang membutuhkan air adalah akar tanaman. Selain penyiraman rutin, tabulampot juga butuh cahaya matahari. Berilah pupuk secara teratur,  berupa pupuk organik campuran pupuk kandang atau kompos, berikan setahun dua kali, setiap enam bulan. Sedangkan, pupuk anorganik yaitu NPK, diberikan setiap tiga bulan. Tabulampot dengan wadah drum, beri pupuk organik sebanyak 5 kg. Sedangkan takaran pupuk anorganik, sekitar 3-5 sendok makan setiap kali pemberian (Soewito, 1987).  
                                                                         
2.5       Vertikultur pada Tanaman Kangkung dan Lily Paris
Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara horisontal dan vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini cocok diusahakan pada lahan terbatas atau halaman rumah. Jenis tanaman sebaiknya tanaman hias atau sayuran, misalnya tanaman kangkung dan lily paris. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain pot tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu atau paralon, media tumbuh tanaman dan jenis tanaman yang akan ditanam (Kurniawan, 2009).
Lahan yang sempit memang membuat kegiatan berkebun jadi kurang leluasa, namun dengan memanfaatkan ruang secara vertikal, berkebun menjadi lebih menyenangkan dengan kuantitas yang dapat ditingkatkan. Vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Misalnya teknik vertikultur pada tanaman kangkung dan lily paris dengan bambu atau pipa paralon berdiri sebagai wadahnya. Tidak semua jenis tanaman bisa atau cocok untuk teknik pertanaman vertikultur. Dalam hal ini, pada tanaman kangkung dan lily paris. Untuk media tanam, maka dapat digunakan campuran tanah, kompos, dan sekam atau menggunakan bahan dan pola organik dalam bercocok tanam (Kurniawan, 2009).
2.6       Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pertanaman
2.6.1    Kelebihan dan Kekurangan Double Transplanting
Double transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua jenis tanaman dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Pada dasarnya, double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan dua jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada satu bidang lahan yang sama. Untuk keuntungan double transplanting sendiri salah satunya adalah untuk menghasilkan produksi dari tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan pola penanaman yang lain. Maka dari itu, double transplanting sangat sesuai dilakukan pada lahan yang kurang luas, tapi untuk keinginan produksi dari tanaman yang lebih besar dan meningkat. Kekurangan dari double transplanting adalah penggunaan bahan kimia atau pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama pengganggu tanaman tidak bisa dikendalikan.
2.6.2    Kelebihan dan Kekurangan Tabulampot
Keuntungan dari tabulampot antara lain bias dilakukan di lahan yang sempit dan sekaligus digunakan sebagai tanaman hias di sekitar pekarangan rumah. Penataan letak tanaman bias diatur, berbeda bila buah ditanam langsung ke tanah dan tidak bias dipindah-pindah begitu saja. Selain itu, tanaman yang ada di dalam pot bias menyerap air dan nutrisi pupuk lebih baik karena air dan zat pupuk hanya akan berada di tanah dalam pot atau tidak menyebar kemana-mana. Kekurangan dari sistem pertanaman tabulampot adalah intensitas cahaya matahari yang tidak cukup atau seimbang, artinya terlalu panas atau diletakkan di tempat yang gelap dan tanpa naungan (tidak mendapatkan sinar matahari).
2.6.3    Kelebihan dan Kekurangan Vertikultur
Kelebihan vertikultur adalah dapat menerapkan sistem ini pada lahan yang terbatas, dapat menghemat penggunaan pupuk dan air, kualitas produk lebih baik dan lebih bersih, kuantitas produksi lebih tinggi dan kontinuitas produk terjaga berupa efisiensi lahan, pupuk, air, benih dan tenaga kerja, menjadi lahan bisnis, baik langsung ataupun tidak langsung, mempercantik halaman dan berfungsi sebagai paru-paru kota. Adapun kekurangan dari sistem vertikultur antara lain rawan terhadap serangan jamur atau cendawan, sehingga pemantauan kondisi pertanaman harus sering dilakukan. Populasi tanaman yang tinggi menyebabkan kelembaban udara tinggi, sehingga memungkinkan serangan penyakit mudah menyebar. Penyiraman harus dilakukan secara kontinyu meskipun hujan, terutama bila tanaman ditanam pada sistem bangunan beratap (Haryanto et al., 1995).







            BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1      Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, dilaksanakan di Lahan Praktikum Budidaya Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Senin, tepatnya pukul 15.30-17.00 WITA, yang berlangsung selama bulan Oktober – Desember 2011.
3.2       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, pada sistem pertanaman double transplanting adalah cangkul, ember, mistar/meteran, patok, kamera digital, tali rapia, air, dan benih tomat. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada sistem pertanaman tabulampot adalah pot atau polibag, tanah subur dan tanaman buah naga. Sedangkan alat dan bahan pada sistem pertanaman vertikultur antara lain bangunan vertikultur berupa bambu atau pipa paralon, media tanam, nutrisi dan bibit tanaman kangkung dan lily paris.
3.3       Pelaksanaan Percobaan
Adapun metode dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk sistem pertanaman double transplanting. Bersihkan lahan yang akan ditempati untuk membudidayakan tanaman yaitu seluas 12 m. Kemudian lahan tersebut dibagi menjadi 6 bagian untuk tiap kelompok dengan ukuran lahan sekitar 3 m x 2 m. Masing-masing kelompok membudidayakan satu komoditi. Dimana lahan tersebut dibagi lagi menjadi dua beberapa guludan atau bedengan sebagai tempat penanaman tomat. Melakukan pengamatan setiap minggu, amati tiap perkembangan yang terjadi yakni mengukur tinggi dan jumlah daun tanaman.
2.      Untuk sistem pertanaman tabulampot:
a. Pertama-tama, siapkan alat dengan bahan yang akan digunakan
b. Gunakan polibag dan isi dengan tanah.
c. Kemudian, siram media polibag yang telah berisi tanah dengan air agar media tanah tetap lembab.
d. Setelah itu, tanam bibit buah naga dengan hati-hati.
e. Lakukan penyiraman tiap harinya dan awasi dari pertumbuhan gulma, dan bila perlu dilakukan penyiangan.
3.      Untuk sistem pertanaman vertikultur:
a. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang akan digunakan. Manfaatkan pipa paralon dan lubangi bagian-bagian pipa yang telah ditentukan.
b. Sumbat bagian lubang bawah dan atas pipa dengan gabus yang telah dibentuk dan sesuai dengan besar lubang pipa, jika perlu bungkus dengan plastik. Isilah pipa paralon yang telah dilubangi dengan tanah, kemudian jenuhkan dengan air, agar mudah ditanami tanaman. Kemudian media ditanami tanaman kangkung dan lily padi. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dan pemupukan untuk hasil yang lebih baik.
                                                   BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1      Hasil Pertumbuhan Tanaman
4.1.1   Double Transplanting
Pada pengamatan yang dilakukan di lapangan atau di lahan pada masa persemaian benih, terjadi pembusukan akar karena tanaman mengalami genangan karena talang yang digunakan oleh teman yang mewakili kelompok untuk memindahkan atau mengganti tidak diperhatikan. Namun, hal tersebut tidak dilakukannya sehingga terjadilah genangan karena talang tidak memiliki lubang- lubang untuk pengaturan air dan talang diletakkan di tempat yang terkena hujan langsung dan secara terus-menerus tanpa adanya cahaya matahari.
4.1.2    Tabulampot
            Dari hasil yang diperoleh tentang tabulampot (tanaman buah dalam pot) pada buah naga, maka dapat sebagai berikut:
1.      Pertambahan batang dan munculnya akar-akar baru pada batang.
2.      Pemanjangan pada batang yang tidak seimbang.
3.      Beberapa tanaman mengalami kelainan yaitu warna batang yang hijau pucat dan adanya bercak-bercak kuning pada batang.


4.1.3    Vertikultur
Pada tanaman kangkung yang ditanam secara vertikultur diperoleh data pengamatan yaitu terjadi kelainan berupa gejala kekuningan pada beberapa bagian daun pada hari kedua dan ketiga penanaman. Dan untuk tanaman lily paris juga mengalami kelayuan. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyiraman dan unsur hara pada tanah dan pada tanaman.
4.2     Pembahasan
 4.2.1  Double Transplanting
Dalam metode ini kelompok kami memanfaatkan komoditi tomat yang ternyata jenis tomat yang kami tanam ternyata bisa tumbuh dan berkembang. Hal ini berpengaruh karena kesesuaian lahan yang memungkinkan untuk penanaman tomat jenis ini. Selain itu, kebutuhan hara dalam tanah terpenuhi sehingga jenis tanaman  ini mudah untuk tumbuh bahkan berkembang di lahan bedengan atau guludan. Biji buah tomat yang banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu dapat diterapkan atau diaplikasikan dalam sistem pertanaman double transplanting. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (1998) yang menyatakan bahwa double transplanting merupakan pola penanaman dengan memanfaatkan dua janis tanaman dalam pemanfaatan bedengan atau guludan. Selain itu, perlu dilakukan metode persemaian terlebih dahulu untuk menambah persentase tumbuh pada jenis komoditi yang ditanam. Pada dasarnya double transplanting dilakukan untuk menumbuhkan jenis tanaman, khusunya tanaman hortikultura seperti tanaman tomat pada satu bidang lahan.
4.2.2   Tabulampot
            Hasil yang didapat dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tanaman dengan jenis komoditi buah naga ternyata dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apalagi dengan kondisi yang tinggi curah hujannya, tentunya akan sesuai dengan sifat buah naga yang cocok untuk daerah semi kering pada dasarnya. Pertumbuhan tanaman buah dalam pot tentunya lebih terbatas karena dibatasi oleh media pot yang terbatas pula. Namun, dengan pemeliharaan yang baik sehingga tanaman dapat menghasilkan buah yang baik dan berkualitas tinggi, namun jika dibandingkan dengan tanaman dengan penanaman di lahan dengan melihat siklus pertumbuhannya justru tanaman yang ditanaman pada lahan lebih baik, karena kebutuhan hara dan air yang tidak terbatas. Namun, jika berbicara mengenai hasil produksi justru tanaman yang ada dalam pot lebih baik apalagi didukung dengan pemeliharaan yang baik dari pembudidaya, khususnya pada sistem tabulampot ini. Tetapi, pertumbuhan tanaman buah naga pada polibag terlihat jelas terjadi pertambahan batang dan munculnya akar-akar baru dan munculnya kelainan pada bagian batang, yaitu warna hijau pucat bahkan adanya bercak-bercak kuning pada beberapa perlakuan. Beberapa tanaman akan mengalami pertumbuhan batang kecil dan ramping.  Hal ini sesuai dengan pendapat Soewito (1987) yang menyatakan bahwa tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan penanaman tanaman buah yang ditanam dalam pot dengan maksud untuk lebih menghemat lahan dan tanaman lebih produktif, misalnya tabulampot melalui buah naga. Selain itu, pertumbuhan batang buah naga yang terserang penyakit, lambat dan kerdil menyebabkan batang tidak seimbang dengan ukuran diameternya.
4.2.3   Vertikultur
Jenis tanaman yang digunakan diantaranya adalah termasuk golongan C3 atau membutuhkan naungan/perlindungan, diantaranya tanaman sayuran (tomat, kangkung) dengan tanaman hias (lily paris). Alasan digunakan bibit tanaman tersebut dikarenakan tanaman jenis ini sangat mudah dibiakkan apalagi dalam media vertikultur yang dimana untuk sifat vertikultur yang mudah menyimpan air pada medianya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniawan (2009) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan pada proses fotosintesis optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun atau dirakit secara horisontal dan vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini cocok diusahakan pada lahan terbatas atau halaman pekarangan rumah. Jenis tanaman sebaiknya tanaman hias atau sayuran, misalnya tanaman kangkung dan lily paris. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain pot tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu atau pipa paralon, media tumbuh tanaman dan jenis tanaman yang akan ditanam. Pada musim hujan, tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar atau gulma. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun dan ladang yang agak rimbun.


           BAB V
KESIMPULAN
5.1       Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan tentang laporan Budidaya Tanaman Hortikultura, maka dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga teknik atau sistem budidaya yaitu double transplanting, tabulampot dan vertikultur kesemuanya dapat dilakukan di lahan yang sama namun kembali lagi pada tanaman yang ditanami pada teknik budidaya ini, bahwa kesesuaian lahan pada masing-masing komoditi yang dimanfaatkan apakah sesuai atau tidaknya.
5.2       Saran
Saran saya selama mengikuti praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura, maka yang bisa saya sampaikan bahwa sebaiknya, komoditi pada double transplanting sebaiknya pada lahan yang ditanami sangat cocok untuk tanaman tomat. Pada teknik budidaya tabulampot sebaiknya tanaman buah naga nantinya dipindahkan ke dalam pot asli tidak hanya berada dalam polibag saja. Sedangkan untuk sistem pertanaman vertikultur, seharusnya dibuat dalam bentuk yang berbeda dari yang biasanya agar terlihat lebih estetika dan bentuknya memiliki kreativitas dari praktikan nantinya. Sedangkan saran saya kepada asisten pembimbing maupun koordinator asisten bahwa selama praktikum berlangsung, asisten sudah sangat detail dalam membimbing praktikannya dan kedepannya bisa diterapkan dan diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat.
                          
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, http://www.wiki/wikipedia,sistem budidaya tabulampot.co.id,        diakses pada tanggal 21 Desember 2011, pukul 12.30 WITA

Anonim, 2011, http://www.budidaya tanaman dengan sisitem vertikultur.com.org,             diakses pada tanggal 21 Desember, 2011, pukul 12.30 WITA.

Ferger, Richard & Moser, Mary B., 1985: People of the desert and sea:       ethnobotany of the Seri Indians. University of Arizona Press, Tucson.

Goldsworthy, P. R. Dan N. M. Fisher. 1984. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jacobs, Dimitri, 1999: Pitaya (Hylocereus undatus), a Potential New Crop for         Australia. Australian New Crops Newsletter 11: 16.3.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru             Van Hoeve.

Marsono. 2004. Tabulampot Solusi Berkebun di Lahan Sempit. Republika edisi      Rabu 06 Oktober,  Jakarta.

Mulyanto, B., Eka L., Dyah T. 1997. Perbandingan efisiensi pemupukan sawah      baru dan lama di kecamatan Cugening, Cianjur. Agrista. 2: 162-168.

Rosmarkam. 2009. Tabulampot Solusi di Lahan Terbatas. Diakses 25 April 2011.

Smith, A. F. (1994). The Tomato in America. University of Illinois Press.

LAMPIRAN DOKUMENTASI PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA

1.      Lahan Double Transplanting



  
2.      Lahan Vertikultur




3.      Lahan Tabulampot







 





LAMPIRAN DOKUMENTASI LAPORAN PERJALANAN PRAKTEK LAPANG BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA DI MALINO
 
 
 
LAPORAN PERJALANAN PRAKTEK LAPANG BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA  
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultura), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka) dan taman (lanskap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar.
Kecamatan Tinggi Moncong yang merupakan salah satu kecamatan yang tergabung dalam wilayah administrasi kabupaten Gowa, yang merupakan penyangga utama kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini. Khusus di daerah Malino, ibu kota Kecamatan Tinggi Moncong adalah primadona perpariwisataan di Sulawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 di atas permukaan laut ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini sebagian sudah di ekspor ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan geografis di Kecamatan Tinggi Moncong memang indah dan khas.
Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera. Di samping itu, perpindahan penduduk ke daerah ini meningkat dari tahun ke tahun, tapi dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Waktu pelaksanaan praktek lapang di daerah Malino dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30 Oktober 2011, dengan perjalanan di mulai pada pukul 08.30 WITA dan sampai pada pukul 11.30 WITA, dilanjutkan  dengan kunjungan pada areal pertanaman kentang, kemudian areal pertanaman tomat, dan wortel. Praktek lapang terpadu ini dilaksanakan di Malino, tepatnya di Desa Bulu Ballea, karena tempat ini merupakan salah satu pusat tanaman hortikultura yang ada di Kabupaten Malino.
Dari hasil praktek lapang mata kuliah budidaya sekaligus praktikum budidaya tanaman hortikultura yang telah dilaksanakan di Malino, maka dapat disimpulkan bahwa teknik budidaya tanaman yang dilakukan para petani di Malino sesuai dengan prosedur budidaya yang telah ditentukan. Tetapi, kendala yang dihadapi oleh masyarakat petani di Malino pada umumnya adalah cuaca yang tidak  menentu. Beberapa tanaman utama yang ada di lahan pertanian di Malino adalah kentang, tomat dan wortel.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar